Pemahaman
Konsep Kewirausahaan
Beberapa pendapat mengatakan bahwa kewirausahaan
identik dengan dunia usaha (berbisnis), diantaranya adalah pendapat Amin, 2008,
menurutnya Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif,
kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa,
dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya. Berikutnya konsep kewirausahaan menurut Winardi, 2003 adalah
seseorang yang membayar dengan harga tertentu untuk produk tertentu, untuk
kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti, sambil membuat keputusan
tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber daya, dan menerima resiko.
Hingga saat ini konsep kewirausahaan
masih terus berkembang. Sekarang ini kewirausahaan tidak hanya dipahami dalam
sekup bisnis dan hanya dimiliki oleh
pengusaha saja, tetapi bisa juga dimiliki oleh setiap orang yang memiliki jiwa aktif,
kreatif dan inovatif untuk terus menggali
ide-ide baru. Intinya seorang wirausaha adalah mereka yang memiliki karakter
wirausaha. Sedangkan karakter wirausaha bisa dimiliki oleh mereka yang bukan seorang
wirausaha. Karakter
kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Pendapat dari Suryana, 2011, melihat
konsep kewiraushaan dalam makna yang lebih luas. Menurutnya Kewirausahaan
mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
berinovasi, oleh sebab itu objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan
kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku.
Senada dengan pendapat tersebut Prawirokusumo, 1997, mengemukakan bahwa
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan
jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)
dan perbaikan (preparation) hidup.
Pentingnya
Karakter Wirausaha
Karakter
wirausaha sangat penting ditanamkan sejak dini. Ibaratnya, itu sebagai bekal
sebelum seseorang terjun langsung dalam kehidupan yang lebih nyata. Menurut
Geoffey G Meredith seorang wirausaha memiliki ciri-ciri sebagai berikut; Percaya diri, Berorientasi pada
tugas dan hasil, Pengambilan resiko, Kepemimpinan,
Keorisinilan, Berorientasi ke
masa depan, kreatif dan inovatif.
1. Percaya
diri. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini
merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu
tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.
2. Berorientasi
pada tugas dan hasil. Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil,
adalah orang yang selalu mengutamakan nilai‑nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
3.
Berani mengambil resiko. Kemauan dan
kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam
kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai
atau berinisiatif.
4. Kepemimpinan.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepernimpinan,
kepeloporan, dan keteladanan.
5. Berorientasi
ke masa depan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh
ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.
6. Kreatif dan Inovatif. kreatif diartikan
sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide baru serta menemukan cara-cara baru
dalam memecahkan persoalan dan mencari peluang.
Sedangkan Inovatif diartikan
sebagai kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan
persoalan-persoalan dan peluang untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf
hidup.
Internalisasi
karakter wirausaha melalui Model Problem
Based Learning
Problem
Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah menurut Major, Claire.H dan Palmer, Betsy,
2001 merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Guru yang
menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, akan mengajak siswa untuk bekerja dalam tim dan memecahkan masalah yang bersifat nyata.
Model
PBL merupakan pembelajaran yang menyajikan
masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi yang berorientasi pada
masalah. Masalah diberikan kepada siswa,
sebelum siswa mempelajari konsep atau materi
yang berkenaan dengan masalah yang harus
dipecahkan. Dengan demikian untuk memecahkan
masalah tersebut siswa akan mengetahui bahwa
mereka membutuhkan pengetahuan baru yang harus
dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan
( Wood dalam Sugalayudhana, 2005 ).
Pembelajaran dengan model Problem based learning diharapkan mampu
merubah paradigma berfikir siswa dari mengingat atau menghafal materi menjadi
paham, mampu mengaplikasi, menganalisa dan menemukan solving. Selain itu model
berbasis masalah ini juga menggeser pendekatan pembelajaran behavioristik ke
pendekatan konstruktivistik serta metakognitiv. Siswa diharapkan mampu
mengkonstruksi sendiri pemahaman dan pengetahuannya sesuai dengan pengalaman
belajar yang dimiliki. Siswa di ajak untuk berfikir secara kritis dalam
menyikapi berbagai fenomena di lingkungan sekitar. Di sini guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator yang mendampingi siswa dalam belajar. Jelas peran
siswa jauh lebih besar dan lebih aktif, itulah yang dinamakan student centre atau pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Tujuan
Pembelajaran Problem Based Learning
Melatih siswa untuk berfikir kritis
dan mampu memecahkan masalah
Melatih siswa menjadi pembelajar
yang mandiri
Melatih siswa untuk mampu
mengemukakan pendapat secara lisan
Melatih siswa untuk bekerja sama
secara berkelompok, dan mengembangkan rasa sosial
Melatih kepemimpinan siswa
Mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah dan konsep diri yang positif.
Langkah-langkah
pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut;
1.
Satu kelas di bagi dalam beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari 3- 5 siswa
2.
Guru memberikan suatu kasus untuk
dipecahkan
3.
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya
untuk memecahkan masalah tersebut, bisa
di dalam kelas atau di luar kelas
4.
Dalam satu kelompok, mereka memiliki
tugas antara lain; membantu memecahkan masalah, menampilkan saran-saran untuk
mendiskusikan masalah, menghargai sumbangan pikiran masing-masing anggota,
mengembangkan pendapat atas dasar pendapat yang lain.
5.
Kelompok mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas.
Contoh
studi kasus dalam Pembelajaran Ekonomi.
Dalam pelajaran ekonomi banyak
sekali permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan melibatkan peran siswa
secara aktif. Karena ini terkait dengan permasalahan yang bersifat sosial, maka
bersifat fleksibel dari berbagai sudut pandang dalam kajian analisisnya. Siswa
pun bisa meningkatkan kemampuan berfikir lateral dan menggali dari berbagai
sumber serta media apapun sebagai bahan belajar. Pemilihan Model pembelajaran
Problem Based Learning sangat sesuai diterapkan untuk menemukan solusi dari
setiap kasus yang di munculkan.
Contoh kasus permasalahan ekonomi
yang dihadapi oleh negara sedang berkembang dan Negara maju. Siswa didorong
untuk mencari berbagai penyebab permasalahan ekonomi apa saja yang dihadapi
oleh Negara berkembang dan Negara maju, adanya faktor ketergantungan Negara
berkembang terhadap Negara maju dan juga sebaliknya, dan menemukan titik terang
terhadap permasalahan tersebut. Siswa bisa mencari dari berbagai sumber untuk
kemudian bertukar pikiran satu sama lain.
Berikutnya, permasalahan mengenai
inflasi dan moneter di Indonesia dan
berbagai Negara di belahan dunia juga sangat menarik dijadikan studi kasus untuk
kemudian dipecahkan bersama. Mengapa
inflasi sering menjadi hantu yang menakutkan bagi banyak Negara tidak
terkecuali Negara maju sekalipun, terutama jika inflasi sudah pada tahap
hiperinflasi. Kemudian mengapa dalam kebijakan moneter pemerintah melalui Bank
Indonesia harus melakukan intervensi untuk mengatur peredaran uang dan seterusnya?
Dalam pemecahan kasus seperti ini siswa diajak untuk berfikir tingkat tinggi,
berdiskusi antar anggota kelompok. Siswa akan memahami lebih banyak, dari pada
sekedar mendengarkan guru berceramah di depan kelas. Pembelajaran akan lebih
bermakna.
Kelebihan
Problem Based Learning (PBL)
-
Memberi kesempatan siswa untuk belajar bekerjasama
dan mengemukakan pendapat.
-
Mendorong siswa untuk berpikir kritis
dan aktif
-
Melatih kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah
-
Melatih siswa untuk menggali berbagai
ide
-
Melatih kepekaan sosial dengan saling
membantu antar anggota kelompok
-
Melatih kepemimpinan siswa
Penutup
Pembelajaran ekonomi terutama yang
berkaitan dengan materi yang membutuhkan pemecahan masalah (studi kasus), tentu
sangat penting melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Tidak hanya ketuntasan materi semata yang diharapkan, namun esensi dan
kebermaknaan dalam proses menemukan suatu solusi merupakan nilai yang sangat
berharga. Siswa dilatih untuk bekerjasama, berfikir kritis, menggali ide,
mengemukakan pendapat, leadership dan bagaimana menemukan solusi dalam
memecahkan masalah. Benang merahnya adalah proses dalam menyelesaikan suatu
kasus atau permasalahan yang dihadapi akan melahirkan watak atau karakter
seorang wirausaha. Seorang wirausaha akan menghadapi berbagai gejolak dan
permasalahan dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu seorang wirausaha harus
memiliki watak atau karakter wirausaha. Dan karakter wirausaha ini bisa
dimiliki oleh siapapun bahkan yang bukan seorang wirausaha. Untuk memiliki
karakter wirausaha bisa melaui latihan serta belajar langsung. Setiap individu
memiliki peluang untuk menjadi seorang wirausaha asalkan menyukai pembaharuan,
tantangan dan perubahan.